Ahh it's always feel good to be back home!
Walaupun habis traveling ke tempat yang paling indah sekali
pun, selalu ada rasa ingin pulang ke rumah. Dan gw senang banget
akhirnya bisa pulang setelah 7 hari di Penang untuk laparascopy* dengan dr. Devindran di Loh Guan Lye (LGL) Specialists Centre.
Prologue ceritanya sempat gw share di postingan ini. Sekarang gw coba
cerita tentang kunjungan kami di LGL dari awal ya. Semoga bermanfaat buat yang
lagi cari info atau referensi untuk program hamil dengan dr. Devindran.
Tentunya, postingan ini terinspirasi dari Andra, Ifa, Fanie, dan Liza.
Please check their posts untuk info lebih lengkap.
VERY 1st CONSULTATION – MEET the DOCTOR
Setelah mantap memutuskan untuk program hamil di
Penang, bulan puasa kemarin gw dan Andri ketemu dr. Devindran untuk yang
pertama kalinya. Sebelumnya gw udah bikin appointment melalui LGL
representative Jakarta** untuk memastikan schedule dokternya available. Gak
lucu aja kan udah nyampe Penang tapi ternyata dokternya lagi cuti.
Niat konsul awal ini memang hanya sekedar konsul, meet the doctor
to get the chemistry. Gw dan Andri sepakat, kalau dokter menyarankan tindakan
apa pun, akan dilakukan setelah Lebaran.
Datang ke LGL sekitar jam 8.30 pagi, dapat nomor antri #1 untuk
registrasi dokter. Setelah registrasi dokter, kemudian dapat nomor antri #2
untuk konsultasi dengan dokter. Sampai di klinik, ternyata sudah banyak pasien yang
antri untuk konsul. Lumayan lama juga nunggunya, hampir 3 jam sampai
akhirnya giliran kami untuk masuk ruang konsul dokter.
Ngantri di registrasi |
Sebelum konsul ini gw udah banyak sekali browsing, tanya-tanya,
dan cari info mengenai dr. Dev. Kebanyakan bilang dr. Dev ini ramah dan
menenangkan, tapi gak sedikit juga teman gw yang sudah pernah konsul
berpendapat kalo beliau galak, tegas, dan blak-blakan. Satu tips yang sangat gw
ingat dari seorang teman yang pernah program hamil dengan dr. Dev adalah: jangan buka HP saat lagi konsul. Maka
dari itu, gw bawa notes kecil untuk mencatat history program hamil gw selama di
Indonesia.
My 1st impression: dr. Dev cukup ramah dan murah
senyum. Basa-basi sebentar, beliau tanya kami dari mana dan kerja apa. Setelah
itu baru gw cerita history program hamil gw selama ini.
Selama gw cerita, dokter mencatat di komputernya dengan ekspresi
lumayan serius. Sebenarnya gw bawa beberapa medical record tapi entah kenapa gw gak sempat nunjukin, jadi gw cerita aja. Dokter cuma tanya obat stimulasi apa
yang gw pakai pada saat latest IVF. Unfortunately gak ada di catetan gw. Sampai
akhirnya gw ingat kalo gw sempat videoin #ivfdiary tahun lalu di Snapchat. Terpaksalah
gw buka HP, dan untungnya videonya gak gw hapus! Haha, ada gunanya juga ya
nyimpen video Snapchat yang sekarang udah gak pernah dicek itu.
Sampai kemudian beliau tanya, “So,
what brings you here?”
Gw agak kaget dengan pertanyaan itu, tapi langsung menjawab, “We want you to help us Doc. What’s really
happened down there,”
Dokter kemudian tersenyum dan cerita kalo untuk kasus seperti gw
biasanya pakai long protocol IVF. Dan hari itu ada 2 pasiennya yang berhasil
hamil dengan protocol tersebut. Entah kenapa gw langsung merasa yakin dan got
the chemistry with the doctor.
Selanjutnya dokter melakukan USG transvaginal (finally, after
several months!) dan pap smear. Agak berasa sakit pas dokter melakukan gerakan
seperti menekan di bagian sebelah kiri rahim gw. The rest is fine. Pas USG,
Dokter lihat ada polip di rahim gw which belum terlihat pada saat terakhir gw
konsul dengan dr. Ivan bulan Maret 2016 lalu. Dr. Dev bilang itu bisa terjadi
(dalam kurun waktu sekitar setahun) karena hormon dan monthly period.
Setelah USG, dr. Dev bilang polip gw harus dibersihkan dengan
tindakan histeroskopi. “It’s small procedure, hanya 20 menit. Kamu akan dibius
lokal,”
Tapi selanjutnya kami diminta cek darah lengkap dulu. Andri juga
sekalian analisa sperma di hari itu juga. (Ya, jadinya hari itu kita gak
puasa).
New fave drink in LGL Canteen: Almond O' (bisa panas atau dingin!) |
2nd CONSULTATION (same day) – LAB RESULT ANALYSIS and
TREATMENT RECOMMENDATION
Sekitar jam 3-4 sore harinya, hasil lab darah dan analisa sperma
sudah keluar. Ini sih yang paling bikin gw dan Andri amazed. Cepet banget!
Terakhir konsul di klinik di Jakarta, kita gak bisa dapetin semua hasil lab dan
bisa 2x konsul dalam 1 hari. Hanya hasil pap smear yang belum bisa didapat hari
itu juga.
Kami ketemu lagi sama dr. Dev yang bacain hasil lab. Hasil
cek darah gw alhamdulillah bagus semua. Mengingat usia gw yang udah catch 35
(yeah), sempat worry sama hasil hormon AMH. Tapi alhamdulillah hasilnya 2.39 ng/ml which is masih di range normal untuk usia gw. While Andri’s ada yang harus di
improve, tapi masih bearable.
Dr. Dev kemudian membaca ulang catatannya saat konsultasi tadi pagi. Melihat
gw punya riwayat endometriosis dan pernah laparascopy di tahun 2013, beliau
suggest untuk laparascopy lagi untuk cek endometriosis gw.
Gw agak kaget, tapi sebenarnya sudah menduga akan disarankan untuk
laparascopy lagi. Gw bilang, “We’ll be
back after Lebaran for this,”, seperti yang sudah gw dan Andri sepakati.
***
So, how’s my
impression during this consultation?
Gw dan Andri happy karena super efektif! Semua proses (konsul
2x dan cek darah/sperma) selesai dalam 1 hari dan kita sudah langsung bisa tau
rekomendasi treatmentnya apa. Dr. Dev pun sangat komunikatif, cukup lancar berbahasa
dengan logat Indonesia, tapi siap-siap aja kalo ekspresinya terkadang lempeng
hehe.
Apa ada findings/treatment yang berbeda dari dokter sebelumnya?
Sebenarnya sebelum gw program
dengan dr. Ivan tahun lalu, gw sempat konsul dengan dr. Tono di RS
Limijati, Bandung. Waktu itu dr. Tono gak menemukan ada yang aneh-aneh di rahim
gw. Bahkan dr. Tono yakin gw bisa hamil alami. Hanya saja, karena gw pernah laparascopy dan ada riwayat endometriosis, dr. Tono menyarankan untuk tindakan
2nd look laparascopy.
Tapi karena waktu itu dr. Ivan cukup PD dan
gak menyarankan gw untuk 2nd look laparascopy sebelum program hamil, maka kami pun lanjut program dengan dr. Ivan.
Latest consult with dr. Ivan,
rahim gw bersih dari polip dan miom. Ada kista kecil 1 cm tapi gak ganggu dan
good to go IVF. So, 1 year will makes a difference.
Itu pentingnya kita cek berkala.
In summary, ada sedikit perbedaan findings
dengan dokter di Jakarta/Bandung dan itu manageable; sudah diduga apa bedanya.
Oh iya, dr. Dev sempat bilang
bahwa obat yang gw pakai saat latest IVF di Jakarta kurang bagus. Jadi mungkin
itu berpengaruh terhadap kualitas sel telur dan embryo gw. Wallahu a'lam ya soal
ini. Wajar banget kalo beda dokter, beda obat.
Quick tips?
- Cek schedule & availability dr. Dev via LGL representative Jakarta just to make sure dokternya available.
- Pasien dr. Dev cukup banyak (mostly Indonesian :D). Waktu konsul 1 pasien sekitar 15-20 menit. Jadi waktu nunggu antrinya lumayan juga. Kalo mau cepet, coba datang jam 7-7.30 pagi untuk ambil nomor registrasi. Registrasi baru buka jam 8. Artinya kamu harus menunggu untuk buka dan dapat nomor antrian konsul dokter. Tapi bisa selesai lebih cepat.
- Once again, no buka-buka HP during consultation! Bawa catatan kecil aja untuk catat history program hamil atau catatan periode mens/hari pertama mens kamu.
- Untuk cek awal, gak musti konsul di mens hari kesekian. Gw sendiri waktu itu udah masuk tengah siklus mens.
- Penting nih. Schedule tindakan operasi dr. Dev adalah hari Rabu dan Jumat (bisa dikroscek lagi ke LGL representative Jakarta). Jadi gw sarankan kalo mau konsul awal sebaiknya datang di hari Senin, Selasa, atau Kamis. Kalaupun harus ada tindakan (laparascopy atau hysteroscopy), waktu di Penang gak banyak terbuang. Lumayan bisa menghemat biaya hotel 1-2 malam kan :).
- Pastinya, siapkan waktu, mental, dan finansial (!). Jangan beli tiket pulang dulu :D. Beberapa teman gw juga langsung disarankan untuk tindakan LO pada saat konsul awal. Kalau memang sudah siap dengan waktu, biaya, dan persiapan mental, memang lebih baik langsung tindakan daripada bolak-balik Penang lagi.
Kalo gw dan Andri sendiri sudah sepakat bahwa
kunjungan awal kami ini hanya untuk 1st
consultation and get the chemistry with the doctor, jadi gak terburu-buru
untuk tindakan, sekalian jalan-jalan ke Penang (padahal lagi puasa, ga
kemana-mana juga hehe).
Others – Naik apa dan menginap di mana?
- Flight – saat ini yang direct Jkt – Penang cuma AirAsia. Itu pun cuma 1x, siang dari Jakarta, dan sore dari Penang. Gw kemarin sempat coba naik Batik Air (transit Medan) & lanjut Medan - Penang by Air Asia. Ada beberapa rute transit lain (Jkt – KL – Penang dan Jkt – Singapore – Penang). Walopun agak cape sih nunggu 2-3 jam transit di bandara, tapi worth buat dicoba mengingat selisih harga tiketnya lumayan (bisa 600-700 ribu per trip/orang) dan nantinya akan bolak-balik Penang.
- Akomodasi – belum bisa cerita banyak. Pada saat 1st visit kami menginap di GLOW Hotel. Recommended banget. Tapi jaraknya agak jauh kalau harus jalan kaki ke LGL. Latest visit kemarin kami menginap di One Pacific Hotel & Serviced Apartement yang tinggal nyeberang aja ke LGL. Ini juga sangat recommended, super bersih dan kamarnya luas! Ratenya pun lebih murah dibandingkan GLOW. Di sekitar LGL ada juga Grand Inn Hotel dan G Inn Hotel yang juga tinggal nyeberang aja.
Will update dengan rekomendasi hotel /
apartemen lain untuk longer stay ya.
Di lobi GLOW yang ke-hipster hipster-an |
- Provider telepon - ini honestly belum gw bandingin. Tapi untuk stay lebih dari 3 hari, memang lebih baik pakai nomor lokal Malaysia daripada perpanjang paket data roaming Telkomsel 275 ribu/3 hari yang gak sampai 1 GB itu. Andri kemarin beli simcard U Mobile yang kemudian gw pake hehe. Harga perdananya sekitar 15 apa 20 RM gitu. Kalau mau perpanjang beli 5 RM dapat 1.5 GB (1 day) atau sekalian 30 RM dapat 10 GB (30 days). Top up nya juga gampang, bisa di 7 Eleven - One Pacific Hotel. Tapi kalo lebih banyak stay di hotel / RS sih mending nyantol free wifi aja. Wifi LGL kenceng kok.
Next postingan, gw akan cerita tentang laparascopy-nya sendiri ya :)
*laparascopy atau Laparoskopi adalah suatu tindakan bedah minimal yang umumnya ditujukan untuk mengurangi resiko yang didapatkan pada operasi besar. Proses penyembuhan dengan laparoskopi jauh lebih cepat dibandingkan dengan operasi besar.
Pada kasus kasus kandungan laparoskopi dilakukan dengan menggunakan teropong yang dimasukkan kedalam luka sayatan kecil berukuran 0.5-1 cm di pusar dan bagian bawah perut. Melalui akses ini dokter dapat memasukkan instrumen bedah yang ukurannya kecil tetapi dapat melakukan hal yang sama bila tindakan ini dilakukan melalui bedah konvensional.
source: dari sini
**Representative LGL Jakarta: Imelda (0889 6523638) - bisa via WhatsApp dulu
***kurs yang dipakai saat ini, 1 RM = Rp 3,150 - Rp 3,200