IVF #3 - Dear Eggs... Part 1 (Drama OPU 1)
Morning routine during OPU: Menopur and Suprefact shot :) |
Sebenarnya postingan tentang ini sudah lama mengendap di Draft, tapi gak berlanjut karena mendadak kehilangan mood buat melanjutkan tulisan. Perasaan gw saat itu seringkali tidak menentu. Tapi alhamdulillah masa itu sudah lewat. Inshaallah sekarang sudah bisa lebih positif, ikhlas, dan semangat buat sharing di sini.
Singkat cerita, sekitar 1.5 bulan setelah Laparascopy, dr. Devindran menjadwalkan untuk start program IVF dengan tahapan OPU (Oocyte Pick Up) di awal bulan September kemarin. Untuk bisa OPU, beberapa persiapan harus dilakukan, salah satunya adalah melakukan stimulasi sel telur supaya jumlahnya banyak, bisa berkembang sesuai ukuran minimum, kualitasnya bagus, sehingga bisa jadi embryo yang sehat.
Selanjutnya gw share dalam bentuk timeline aja ya, supaya teman-teman yang berencana untuk melakukan program IVF dapat gambaran waktunya.
Disclaimer: Tahapan treatment setiap pasien bisa sangat berbeda, tergantung kondisi tubuh masing-masing. Saya menjalani Post-Lucrin Protocol karena ada riwayat gagal Inseminasi / IUI 2x, gagal IVF 3x (2 Fresh Cycle & 1 FET), endometriosis - perlengketan usus - polip rahim, dan usia yang sudah menginjak 35 tahun.
2 Sept 2017
Tanpa menunggu waktu haid datang, gw diminta untuk cek darah di Lab untuk mengetahui efek obat Lucrin yang diberikan setelah laparoscopy bulan Juli kemarin. Hasilnya hormon estradiol gw sudah rendah ( <36.7 pmol/L ), yang artinya siap untuk memulai stimulasi sel telur dengan obat suntikan.
Gw diberikan 2 macam suntikan hormon:
- Suprefact, untuk menekan kerja hormon.
- Menopur, untuk menstimulasi sel telur supaya jumlahnya banyak, berkembang, dan berkualitas bagus.
Detail fungsinya silakan googling sendiri ya, supaya informasinya lebih akurat.
Dua obat ini disuntikkan setiap pagi ke bawah perut selama 8-10 hari. Suster Lim, one of my fave Nurse, mengajarkan cara suntik sampai benar-benar yakin kita bisa melakukannya sendiri.
Awalnya takut sih, apalagi meracik obat Menopurnya agak ribet. Tapi lama-lama jadi biasa juga dan bisa dilakukan kurang dari 10 menit. Pada saat awal obat masuk ke tubuh, rasanya perih dan ngilu, tapi cuma sebentar dan setelahnya kita sudah bisa beraktivitas kembali kok. Bahkan Dokter menyarankan untuk tetap rutin berolah raga. No worries! :)
Suntik-suntik duluuu sebelum lariii :D |
Selama proses ini gw memilih untuk kembali ke Jakarta karena merasa lebih nyaman. Oh ya, selama proses stimulasi ini, kita disarankan untuk makan putih telur minimal 4 butir / hari. Selain mengandung protein tinggi, putih telur ini membantu efek mual atau bloating yang timbul akibat obat suntikan. Makin berasa mual, dosis putih telur harus ditambah. Temen sesama pasien bahkan ada yang harus makan 20 putih telur / hari karena pada saat USG, telurnya dia keliatan banyak banget dan lebih tinggi resiko mualnya. Lebih jauh lagi, untuk pasien dengan kondisi seperti ini (telur banyak, bisa 15-20an) ada resiko untuk mengalami OHSS atau Sindrom Hiperstimulasi Ovarium karena tubuhnya bereaksi berlebihan terhadap obat suntikan yang diberikan.
Putih telur: TTC sisters' BFF! hihi |
8 Sept 2017
Kembali ke Penang untuk konsultasi dengan dr. Dev. Hasilnya gw harus menambah obat Menopur untuk 2 hari lagi untuk mendapatkan jumlah dan ukuran telur yang optimal.
11 Sept 2017
Suntik Ovidrel untuk pemecah telur jam 21.30 di Emergency Room. Ini harus on time banget lho, kalo enggak Suster dan Dokter bisa ngamuk hehe.
13 Sept 2017
OPU Day!
Pagi-pagi ke bagian Admission RS untuk deposit biaya OPU dan kemudian diantar ke Operation Theatre. Ruangannya sama dengan ruangan saat LO. Di sini gw dan beberapa teman yang jadwal OPU-nya sama menunggu giliran bersama-sama di Operation Theatre sebelum benar-benar masuk ke ruang Operasi (hi Nami and Sagung! :D).
Saat ini rasanya campur aduk! Excited, karena akhirnya panen telur juga. Deg-deg an, karena takut hasilnya gak sesuai harapan. Tapi bismillah aja, la haula wala quwwata illa billah... Sekarang udah gak takut karena mau dibius tapi malah ngantuk karena kelamaan nunggu giliran, sampai akhirnya gw ketiduran beneran.
Selanjutnya gw ingat dibangunin sama dr. Dev dengan senyum lebarnya yang menenangkan. Prosesnya persiapan biusnya jauh lebih smooth daripada saat LO. Seingat gw dr. Dev sendiri yang mempersiapkan biusnya sambil bilang, "Focus on your breath....." sambil tersenyum, dan lama-lama gw ketiduran lagi. Berasa kayak lagi shavasana saat yoga hehe. Begitu bangun di Day Care, Andri udah nunggu sambil senyum-senyum.
Wefie after OPU :D |
Oh ya, pada saat para istri OPU, para suami melakukan tugasnya, yaitu 'menyetorkan' sperma di ruangan khusus. Gimana detail caranya? Hihi tanyain aja sama para suami ya. Ada yang berminat? Hihi... Kalo ada, nanti gw minta Andri buat bikin postingan sendiri tentang pengalamannya dan review ruangan setor sperma di beberapa Fertility Clinic deh yaa. Mau gak ya dia haha ;p.
Sekitar 1-2 jam setelah siuman, Suster mendatangi kami dan mengabari kami satu-satu tentang jumlah oocyte yang didapat. Alhamdulillah gw dapat 7 oocytes.
Hari itu kami cuma bisa berdoa supaya bisa semua sel telur dan sperma bisa berkembang jadi embryo (walopun jarang sekali terjadi sih, biasanya hanya sekitar 40% yang berkembang jadi embryo). Jumlah dan kualitas embryo-nya baru bisa kita ketahui dalam 2 hari ke depan.
With IVF Warriors sisters: Namira and Sagung. Foto dulu bareng our fave Nurse Lim sebelum pulang |
15 Sept 17
Waktunya konsul lagi ke dr. Dev. Dari 7 oocytes tersebut:
- Ada 4 yang bisa dibuahi. Yang lain kondisinya immature, bentuknya abnormal, atau ukurannya tidak optimum.
- Ada 2 yang bertahan jadi embryo sampai hari kedua. Masing-masing embryo grade 4 (of 5) dan 5 (of 5). Alhamdulillah.
Sebenarnya kondisi ini gak terlalu bikin gw sedih sampai kemudian dokter bilang kalau untuk kasus gw, jumlah embryo ini tidak cukup untuk dilakukan Embryo Transfer (ET). Jadi dokter mau mengulang tahapan OPU supaya embryonya bisa terkumpul lebih dari 2 sehingga kemungkinan untuk hamil juga lebih besar.
What?? Another OPU??
Gw cuma bisa terdiam sedih. OPU lagi, artinya mengulang tahapan stimulasi suntikan, mengulang proses bius untuk pengambilan oocyte, durasi program IVF akan lebih panjang, dan yang sudah pasti adalah biaya tambahan. Karena dari setiap tahapan IVF, prosedur OPU inilah yang biayanya paling besar karena harga obat stimulasinya (Menopur / Gonal F) cukup mahal dan prosedur OPU-nya menggunakan obat bius di ruang operasi.
“What can I do to improve my egg quality Doc?” cuma itu yang bisa keluar dari mulut gw.
“Good question, but there’s not much you can do. Just follow what I say and relax, don’t think too much,”
Sepulang dari RS, gw mengajak Andri ke Gurney Plaza untuk makan siang di Nando’s. Tapi gw kurang bisa menikmati enaknya chicken peri-peri di depan mata karena perasaan gw tetap gak menentu. Gw sediiih banget. Tapi di luar dugaan, Andri malah bilang, “Kenapa kamu sedih banget? Aku malah happy lho dengan hasil (OPU)nya. Artinya dokter fokus ke kualitas embryo dan mau supaya pregnancy chance-nya lebih besar kan,” ucapnya.
Pelan-pelan gw baru bisa berpikir lebih jernih, ya bener sih. Memang begitu maksudnya. Kalo gw masih terbawa emosi, mungkin gw akan nangis-nangis sambil bilang, "Kamu ga tau gimana rasanya ngulang lagii, disuntik-suntik lagiii huhuhu..." Oh buibuk, sungguh drama ya kitaa hehe..
Tapi itulah laki-laki, mereka memang makhluk penuh logika. Seringkali gw mikir selama proses IVF (dan sampai nanti melahirkan pun), istrilah yang lebih banyak ‘berkorban’. Ngerasain sakitnya segala proses, mulai dari operasi, aneka suntikan, emotional rollercoaster akibat hormon yang kacau, dan segala macam drama lain. Tapi di satu sisi, kita juga gak pernah tau kan seberapa ‘sakit’ perasaan suami melihat istrinya menjalani semua proses itu.
Selama proses ini gw benar-benar mencoba belajar ikhlas. Ikhlas menerima dan menjalani yang sudah ditetapkan Allah ke hidup kita. Dan bersyukur dengan segala hal kecil yang gw punya atau gw dapat. Allah Maha Adil. Udah bersyukur banget bisa dapat embryo grade bagus, karena banyak juga teman-teman pasien dr. Dev lain yang kondisinya gak sebagus itu.
16 Sept 17
Waktunya pulang ke Jakarta.
Time to reset everything, and prepare my body and positive mind for another round of OPU.
Beneran deh, ini rasanya kayak (Half) Marathon (ya abis belom pernah Full Marathon kan hehe). Yang dibutuhkan saat ini adalah: endurance…
Semangaaaat, few laps to go :)
Yeayyy, disemangatin sama telur! Telur is LYFE!! |
4 komentar
Bismillaaaaaah, semangat Mbak Des dan Mas Andri.. Insya Allah sebentar lagi ketemu dedek dalem perut. Aamiin 😘
ReplyDeleteAamiin aamin Nyanyaa.. Makasi yaaa ga bosen semangatin! Miss uuu :**
DeleteSemangaaattttt Des !!! kamu kereeeennn
ReplyDelete-indie-
Tetanggaku si mamah keceeee, makasi yaahhh!! Kamupun kereeen, mwuahhh!!
Delete