#eurotrip (akhirnya berlanjut) - si cantik swiss
by
Desi
- 12:01 PM
Tiap liat postingan Instagram/Path orang-orang, kok udah mulai pada liburan aja ya. Ini bulan apa sih? Beginilah kalo hidup di sela-sela setrikaan, debu rumah, dan jalanan macet. Tiba-tiba udah masuk pertengahan Februari aja.
Yah, berhubung sudah hampir masuk bulan Maret lagi, yang mana artinya adalah, sudah hampir setahun yang lalu #eurotrip ini terjadi. Hohoho, kepriben iki, ora rampung-rampung postingane.
Mari bayar utang postingan, sekalian tes ingatan... *kretekin jari tangan, lemesin otak*
*utang postingan ke diri sendiri sih, padahal gak ada juga yang nagih hihi*
***
Disclaimer:
Posting sebelumnya tentang Danau Titissee di sini yaa.
Berhubung Eurotripnya saya ikut group tour, jadi jangan tanya how-to-get-there nya ya, karena semua pasti akan saya jawab dengan mantap: pake bus (tour) :) ! Di sini saya cuma share foto-foto tempat dan experience behind-nya. Jadi, mudah-mudahan gak kaya baca itinerary tour di website atau brosur di travel fair yaaa. Semoga menghibur :)
Hari ke-6: Mt. Titlis - Lucerne - Zurich
Engelberg-Mt. Titlis
Malam sebelumnya, kita sudah check-in di Hotel Park Inn by Radisson di daerah Rumlang, yang mana kalo ngeliat dari Google Maps, lokasinya deket banget sama bandara internasional Zurich, Swiss. Yah begitulah kalo ikut group tour, nginepnya kalo gak di hotel deket bandara, ya di luar kota. Jangan harap pagi-pagi bangun bisa liat Menara Eiffel, misalnya. Unless you pay for super exclusive tour package yaaa...
Enaknya di hotel ini, tetanggaan banget sama.... McD! Dan kalo udah eneg sama McD, ada shuttle bus buat ke bandara yang konon ada lebih banyak pilihan tempat makan. Kenapa konon? Karena kita lebih milih makan di McD :))).
Entah kenapa, walopun selama perjalanan udah kenyang makan kentang goreng sama aneka bentuk chicken cordon bleu, aroma McD itu ngangenin banget. Apalagi pas liat mereka punya apple pie yang sumpah enak banget! Crispy, anget-anget, aroma cinnamon..... *ngiler*
I would say, today is one of the highlight of our #eurotrip. Swiss is so..... beautiful!!!
Pagi itu, kita menuju ke Mt. Titlis, salah satu puncak dari rangkaian pegunungan di Swiss. Perjalanan ke Mt. Titlis melewati kota kecil Engelberg, yang sungguh membuat gw kagum karena kota ini sungguh cantik.
Sekilas, Engelberg mengingatkan gw akan kota.... Batu, Malang (haha jauh-jauh ke Swiss ingetnya malah kota Batu). Kalo ibarat tas, Engelberg ini versi originalnya. Batu, KW2-nya lah hihi. Kenapa mirip, karena kontur jalannya yang naik turun, lembah, hutan, rumah-rumah cantik, rumput super hijau dan bersih (selama perjalanan gw wondering, siapa yang nyapu ya). Dan selama perjalanan itu gw cukup bingung karena kota ini amat sangat... sepi!
Iya, sepi banget!
Gak keliatan lho, ada orang di luar rumah/toko. Gak keliatan juga tuh, ada yang nongkrong-nongkrong di pinggir jalan macam di jalan pantura gitu ya. Emang sih itu pagi-pagi jam 9an, mungkin orang-orang baru pada mulai beraktivitas. Tapi orang-orang pada ngapain ya, kok sepi banget kota ini?
Atau mungkin mereka memang lebih suka beraktivitas di dalam ruangan karena cuaca yang dingin, sekitar 5-7 derajat Celsius waktu itu. Tapi tetep aja sih, jarang banget keliatan orang di luar lagi lalu lalang, lagi berkebun, lagi ngobrol sama tetangga, ato lagi sekedar di luar rumah aja.
Never mind sih, karena buat gw pemandangan kota ini sungguh amat cantik dan creepy at the same time. Gw gak kebayang, seperti apa ya kehidupan mereka. Kalo dari browsing-browsing, Engelberg itu memang kota peristirahatan. Banyak rumah yang disewakan sebagai resort untuk turis-turis yang datang buat olahraga musim dingin, seperti ice-skating dan sejenisnya. Hampir 90 persen ekonomi penduduknya bergantung pada turis. Ooh pantes.
Sampai di kaki Mt. Titlis, kita antri naik cable car untuk bisa lihat salju abadi di ketinggian 10,000 kaki dpl.
Ups, sambil ngantri sambil wefie boleh doong :)) |
We're heading up there!!! |
Saking tingginya gunung ini, kita sampai ganti 3 kali cable car/gondola untuk bisa sampai puncak. Ada cable car yang muat cuma 5 orang, hingga yang rame-rame bisa muat untuk 30-an orang lebih. Cable car/gondola yang paling besar ini bahkan bisa berputar 360 derajat.
Dari atas cable car yang transparan, kita bisa liat lelehan salju di gunung dan pohon pinus. Ato terkadang gak bisa liat apa-apa karena ketutupan kabut tebel. Kalo udah masuk daerah yang kabut semua gitu, satu cable car diem semua. Gimana kalo, amit-amiiiit, cable car tiba-tiba berhenti di antah berantah gunung es ini.
Creepy kan. zzz. zzz.
Tapi semua ketegangan itu terbayar, karena begitu sampai di atas....
Tapi semua ketegangan itu terbayar, karena begitu sampai di atas....
...SILAU bok! Baru tau, ternyata salju itu putih semua (ya iyalah) dan bikin silau. Kacamata item udah jadi penolong banget deh.
Dan....
...dingin!!!
...dingin!!!
Dan seperti umumnya manusia norak lain yang pertama kali liat salju, gw pun sama noraknya: megang-megang, tidur-tiduran, sambil deg-deg-an karena licin takut kepleset.
Pada umumnya orang-orang mencoba ski. Kalo gw sih cuma ngeliatin aja, kebetulan waktu itu ada beberapa bule yang tampaknya emang hobi ski lagi asyik latihan dan sibuk dengan toolsnya. Seru ya kayanya.
Tapi buat turis fakir wifi macam akyu, the best thing in Mt. Titlis adalah.... free wifi! hihi penting banget dah ini buat update postingan social media.
Selain itu, di Mt. Titlis ada juga bangunan semacam igloo yang di dalamnya ada beberapa patung es.
Kalo mau tau lebih detail aktivitas apa aja yang bisa dilakukan di Engelberg-Titlis, bisa browsing aja ya. Salah satunya ke sini.
Lucerne // Luzern
Dari Engelberg-Titlis, perjalanan berlanjut ke utara, ke kota Lucerne atau Luzern. Jaraknya gak sampe 40 km dari Engelberg. Perjalanan juga cepet, gak sampai satu jam.
Apa yang menarik di Lucerne?
Turis-turis yang ke Lucerne, biasanya selalu digiring ke Lion Monument, yaitu patung singa besar yang terpahat dari batu. Begitu pula kami.
Sejarah Lion Monument, bisa baca di sini aja ya. Kesan gw sih, sama pas ngeliat patung anak kecil pipis Manneken Pis di Brussel. Ooh, patung kayak gini kok bisa bikin rame banget ya.
Kelar mampir Lion Monument, kita jalan-jalan plus foto-foto di sekitar kota aja.
Btw gw sempet merhatiin gaya dandan turis-turis Cina/Jepang/Korea yang lalu lalang di sana. Entah kenapa mereka kok suka banget dandan warna-warni aneka motif ya. Beda banget sama gaya dandan orang Eropa yang cenderung mono tone. Seperti di Paris, warna baju orang-orang Lucerne seputaran hitam, coklat, abu-abu, atau dark red. Jarang banget liat bule pake warna fuschia ato shocking pink.
Btw gw sempet merhatiin gaya dandan turis-turis Cina/Jepang/Korea yang lalu lalang di sana. Entah kenapa mereka kok suka banget dandan warna-warni aneka motif ya. Beda banget sama gaya dandan orang Eropa yang cenderung mono tone. Seperti di Paris, warna baju orang-orang Lucerne seputaran hitam, coklat, abu-abu, atau dark red. Jarang banget liat bule pake warna fuschia ato shocking pink.
Suasana kota Lucerne sore itu enaaaak banget. Gak terlalu rame, tapi gak sepi juga. Di tengah kota, kita bisa menikmati view cantik Gunung Pilatus di kejauhan dan Danau Lucerne di depan mata.
Gak jauh dari situ ada Chapel Bridge, another Lucerne's landmark, yang merupakan jembatan kayu dengan design khas yang pernah terbakar di tahun 1993. Sejarahnya kenapa, bisa baca di website lokal ini. Apologize my not-sucha-miss historia yaa:)).
Di sekitar Chapel Bridge, ada beberapa toko dan kafe, termasuk di antaranya H&M, Bata (iya, Bata!), dan Starbucks. Dan sore itu, entah lagi ada event apa, toko-toko tutup lebih cepet. Jadilah kita nongkrong di Starbucks. Yaelah, jauh-jauh ampe Lucerne nongkrongnya di Starbucks lagi. Cari aman banget ya hihi.
Bedanya, di Starbucks Lucerne, nongkrongnya di tepi Danau Lucerne sambil liatin angsa berenang.... Sayup-sayup terdengar suara pemusik jalanan di seberang Danau yang lagi perform dengan biolanya.
It's so easy to fall in love with this city..
Hari ke-7: Zurich - Venice
Dari semua tempat di Eropa yang gw kunjungi di #eurotrip 2014 kemarin, Swiss adalah yang paling bagus. Apalagi buat gw yang penikmat pemandangan alam (rather than history/arts/buildings/museums).
Selama perjalanan dari Zurich ke Venice pun rasanya rugi kalo sampe ketiduran, soalnya pemandangan kiri-kanannya bagus bingits. Perpaduan gunung es, danau, lembah, kota kecil, padang rumput, sapi-sapi putih totol-totol, semuanya memanjakan mata.
Dan karena kontur tanah Swiss yang ibarat kata membelah gunung itu, selama perjalanan seringkali kita masuk terowongan.
Perjalanan Zurich ke Venice memakan waktu sekitar 6 jam. Lama ya bok. Tour guide kita si Welly nawarin buat mampir ke Factory Outlet FoxTown di daerah Mendrisio, yang masih masuk wilayah Swiss.
Btw, kecuali terpaksa, jangan belanja di Swiss. Karena tax refund-nya paling kecil dibandingkan negara Eropa lain, yaitu 8%. Masih mending belanja di Perancis yang tax refund-nya sekitar 12%. Tapi berhubung kali ini kondisinya 'terpaksa', jadilah dimaklumi hehe.
FoxTown sendiri sebenernya kayak mall aja. Storenya cukup banyak, dengan brand-brand yang mostly kita tau, seperti Prada, Gucci, Burberry, Tod's, dan beberapa brand lokal Swiss/Italy yang gak ada di Jakarta. Dan harganya memang lebih miring. Factory Outlet di Eropa memang menjual barang yang sama dengan store resmi, hanya saja biasanya barang yang dijual stok lama atau last season. Gw inget banget, di Tod's sepatunya sama banget kayak di Jakarta dengan harga lebih murah (walopun kalo dikurs-in tetep ajeee 3 jutaan ya).
Kita sih akhirnya mentok-mentok di Esprit Factory Outlet haha. Lumayan banget loh, pas ke sana pas lagi ada promo diskon, jadi jatohnya lebih murah daripada di Jakarta. Lumayaan, semua jadi kebagian oleh-oleh, saved by Esprit hihi.
Menjelang malam hari, kita baru masuk kota Venice Mestre atau Venice daratan. Kita nginep di Delfino Hotel (which is the worst hotel among other hotels during our #eurotrip).
Besok, kita bakal ke Pulau Venice!! Super can't wait!!!
NEXT: Ciao Italia!!