When (some of) things to be done, is done.. [Preparation & The Surgery]
[Some notes:
I decide to share my experience, in case bermanfaat
buat yang lagi nyari info tentang laparoskopi. Gw coba ceritain apa adanya,
supaya dapat gambaran tentang reason behind dan prosesnya, walopun experience
dan kondisi tiap orang beda-beda. Because this is definitely not an ‘easy’
decision. Mentally, and financially. I’ve also been searching information via
friends, blogs and forums about this process, and somehow feel that ‘I’m not
alone’ as well as feel assured kalo jalannya emang harus laparoskopi dulu.
Hopefully it’s the right decision :)]
Preparation
H-1
operasi, gw ambil cuti untuk beresin urusan bank pagi-paginya. In case butuh
recovery & bed rest lama, at least ada kewajiban yang gw udah selesaikan (boook, kayak mau kemana aja ya).
Sore jam 3 udah sampe SamMarie buat EKG dan konsul sama Dokter Internist.
Selain itu, tahapan persiapan operasi adalah cek lab darah dan rontgen yang
udah gw lakukan beberapa hari sebelumnya. Alhamdulillah semua hasilnya bagus,
dan siap untuk operasi.
Setelah
itu gw langsung masuk ke ruang rawat inap, ditemenin Andri dan Ibu Bapak. Gak lama, Suster juga mulai bantu buat bersih-bersih
badan (including shaving the u-know-where! Hihi), ngasih obat, dll, dll, and...
still I cant believe kalo besok gw mau operasi!
Malemnya,
kita konsul lagi ke dokter ObGyn yang besok melakukan tindakan LO. Beliau nanya
apa mau dilakukan appendiktomi (usus buntu) juga, karena dari hasil HSG, posisi
hidrosalping gw di tuba sebelah kanan, which mostly perempuan lain di sebelah
kiri. Makanya beliau suspect ada hubungannya dengan infeksi usus buntu, which
is berkaitan dengan infertility juga. Reaksi gw waktu itu... pasraaah sepasrah
pasrahnya. Udah nanggung juga. Daripada dibelek 2 kali toh... Jadilah besok
operasi kombo: laparoskopi-histeroskopi-appendiktomi.
Balik
kamar untuk istirahat, tapi gak bisa literally istirahat juga, karena suster
bolak-balik masuk kamar buat persiapan dan ngecek segala macem; pasang infus, kasih
obat, dll. Terutama obat pencahar supaya gw bisa BAB karena kondisi usus harus
bersih pada saat operasi besok. Jam 10 malam mulai puasa makan-minum, dan puasa
bicara supaya gak banyak udara masuk dan bikin perut kembung. Hohoho #baru tau.
The Surgery
June
26th will be unforgettable date. Pagi-pagi bangun, sholat Subuh di tempat
tidur, bersih-bersih dikit, sambil deg-deg-an nunggu panggilan dari ruang
operasi.
Jam
7.30an mulai masuk ruang persiapan operasi ditemenin Andri. Ibu, Bapak gw
sempet gantian masuk dan doain gw sambil berkaca-kaca (huhuhu). Dokter ObGyn gw
juga sempet say hi dengan senyum hangatnya yang cukup bikin gw tenang. “Gimana
Bu Desi, sakit gak infusnya?” Alhamdulillah enggak tuh Dok.
Sampai
akhirnya... sekitar jam 8.10, pertama kalinya dalam hidup gw masuk ruang
operasi, ngerasain dinginnya ruangan operasi, dengan alat-alat di kanan kiri.
Mulai deg-deg-an pas suster-suster masang alat infus, tes obat antibiotik via
infus, kemudian dokter anestesi masukin obat bius via infus yang bikin gw
tiba-tiba tidur... Sampe 4 jam kemudian!
Bangun-bangun,
samar-samar gw liat Andri di depan muka gw sambil senyum-senyum dan bilang,
"Operasinya udah selesei.." Yang gw inget, gw waktu itu bilang, "Jam berapa sekarang?" dan masih sempet2nya dong dia ngeledek,
"Wah hebat, ini waktu terlama kamu gak pegang handphone loh,"..
Dasaaarr..
Hohoho
operasinya lumayan lama juga ternyata. Seinget gw masuk jam 8.10. Keluar
ruangan jam 12.30an. Sampe sorenya pun kayanya gw masih
bangun-tidur-bangun-tidur. Belum boleh langsung minum, apalagi makan. Di
sela-sela bangun-tidur-bangun-tidur itu boleh minum air putih pelan-pelan pake
sedotan tiap 15 menit. Kalo gak mual, volumenya boleh ditambah, dan boleh
diganti dengan teh hangat, atau susu.
Baru
agak maleman agak sadar dan berasa nyeri, padahal udah dikasih obat anti nyeri
kombo: oral dan yg lewat anus. Sekilas liat bekas operasinya gak terlalu gede.
Ada di 3 titik: bawah pusar, dekat pinggul kanan, dan dekat pinggul kiri,
dengan ukuran sekitar 1,5-3 cm. Practically, seharian itu gw gak bisa bangun
dari tempat tidur. Pelan-pelan belajar miringin badan ke kanan-kiri. Belum bisa
makan karena nunggu aktivitas usus normal. Dan belum bisa buang angin juga.
Buang air kecil juga masih pake kateter, dengan urine warna kebiruan karena
efek cairan yang
digunakan saat operasi (it’s normal anyway). Tapi alhamdulillah gak berasa mual
dan malemnya lebih bisa tidur tenang daripada malem sebelumnya..
1 komentar
Mbaa..mau tanya gmn kelanjutan storynya shabis operasi? Mba di sammarie dgn dokter siapa
ReplyDelete